Saya sependapat bahwa dalam beberapa bulan kedepan harga coal memang akan turun seiring turunnya harga minyak.
Pasar bursa khususnya pemegang saham batubara mungkin adalah pihak yang tertekan dengan turunnya harga minyak, karena disaat membeli saham batubara masih di harga tinggi dan tidak sempat menjualnya (atau tidak melakukan cut loss, karena sifat trader & investor fifty2).
Namun yang tidak boleh dilupakan adalah program pencapaian MDG's di negara berkembang yang sudah melakukan kesepakatan untuk menjaga ketersediaan pangan dan energi yang dikarenakan perubahan iklim akan menuntut meningkatnya konsumsi bbm.
MDG's yang diikuti beranggotakan serta didukung oleh 2/3 negara di dunia / 2/3 penduduk dunia sebagai anggotanya (tanpa dukungan AS saat di Bali), seolah membuka mata AS (yang arogan), karena saat itu AS lebih mengandalkan pendekatan pemberian utang kepada negara berkembang melalu world bank atau IMF atau lembaga keuangan International lainnya yang nota bene berasal dari negaranya . Tetapi arogansi tersebut saat ini rontok karena negara yang tidak mendukung terkena krisis keuangan.
BBerapa hari yang lalu Indonesia diwakili oleh Menkeu dan bank sentral (sebgai salah satu / kalau tidak malah satu2nya negara Asean) mengikuti pertemuan G20 di Brasilia juga mengagendakan pertemuan tingkat kepala negara di washington pada pertengahan bulan Nopember.
Kita perlu berharap agar mereka (negara maju) tetap konsisten dengan program MDG's karena akan membawa pengaruh terbukanya pasar pangan dan bahan energi dan bahan energi terbarukan .
Sedangkan masalah yang akan dihadapi oleh negara seperti Indonesia adalah KEBERANIANNYA UNTUK MENINGKATKAN BUNGA SUN untuk menutup defisit anggaran , agar lebih kompetitif dan laku dipasar dunia . Tetapi langkah itu memberi konsekuensi pada tingginya biaya uang (cost of money) . Sehingga BI rate pun belum bisa diharapkan turun . Dan inilah strategi yang dipasang oleh negara maju saat itu agar mereka meminjam di lembaga keuangan buatan mereka. Padahal mereka tidak menyadari bahwa situasi keuangan bergerak sedemikian cepat dan saat ini dinegara mereka terjadi krisis keuangan .
Biaya uang yang mahal memaksa berbagai negara berkreasi guna menghadapi masalah krisis keuangan dalam negerinya .
Sedangkan bergesernya pasar batubara ke Australia, hal tersebut adalah wajar karena Australia juga salah satu penghasil batubara terbesar dan memerlukan devisa untuk mengisi pundi2nya. Batubara Australia dapat dipastikan tidak lebih murah dari indonesia. Terlebih pada jajak rekam dibawah dikatakan "futures launch" yang berarti adalah harga kontrak saat itu dan dipastikan bukan harga spot.
Tetapi inilah masalahnya dipasar global, pembeli akan lebih nyaman membeli dari pasar yang tidak bermasalah , karena perusahaan pertambangan Indonesia sangat rentan masalah (mulai pajak yang tidak dibayar, direksi persh Tbk yang dicekal, konflik daerah dengan pusat, penggadaian salah satu persh Tbk dll).
Pasar merasa tidak nyaman kalau berhubungan dengan penjual yang sedang bermasalah . ..............
Kok perusahaan luar negeri, pemerintah melalui PLN saja terpaksa harus membuang devisa 1 T karena harus impor batubara. (kan aneh, emangnya batubara kita kemana ). Kan sangat tidak mungkin kalau kalorinya tidak cocok , kan tidak mungkin harganya tidak cocok , kan tidak mungkin kalau tidak ada yg mau menjual dengan harga pasar karena PLN juga menyatakan pembeliannya dengan benchmark harga pasar. ....................Aneh, aneh dan aneh !!!!!!!!!!!!
Semoga otoritas bursa membaca tulisan ini dan lebih menyadari kelemahan2nya serta melihat kenyataan yang terjadi bahwa pasar bursa tidak lepas dari pasar global .
Apakah ada yang membayangkan kalau pasar bursa efek indonesia ditinggalkan oleh peminatnya.?????
Nah itulah gambaran nyata yang terjadi saat ini, semoga Presiden RI yang ikut menghadiri pertemuan G20 dapat mendorong negara maju mengatasi krisis keuangan.
Karena forum ini selain bisa diharapkan untuk mengatasi krisis keuangan (setelah AS punya presiden baru januari 2009) , juga diharapkan dapat membawa suasana nostalgia apabila Presiden RI bisa bertemu dengan Barack Husein Obama . Paling tidak menjadi salah satu program kerja jangka pendek Obama.
Semoga.
Senin, 10 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar