Jumat, 24 Oktober 2008

Ada apa dengan BEI

Saya memperkirakan ada yang salah dengan operasional di BEI.

Prediksi saya saat ini (mungkin) BEI tidak berjalan sesuai dengan akidahnya, tetapi seolah ada yang mengendalikan.
Seharusnya sekarang ini sudah tidak boleh ada saham yang disuspend karena masalah utang-piutang seperti yang terjadi di grup Bakri. Saham bakri yang masih di suspend harusnya dibuka agar kompetisi harga dapat lebih fair dan tidak seolah-olah dilindungi .
Dan saat ini saatnya untuk menyapu sekuritas nakal yang bebrapa saat lalu sempat default.
Dengan demikian mesin pasar atau pemerintah bekerja secara SISTEMIK.

Atau menurut hemat saya BEI harus berani membuka ambang batas atas dan membatasi batas bawah untuk mengundang investor dari luar, karena kalau investor dari dalam negeri terbagi dalam beberapa kelompok al :
1. Investor institusi sangat berhati-hati meskipun mereka mempunyai banyak analis, tapi kemampuan mereka hanya bisa diaplikasikan dalam kondisi normal.
2. Dana buy-back saham pemerintah, tidak kuasa memutarkan dana tsb dengan bebas, karena reasoning-nya kebijakan harga buy-back dibatasi, hal tsb mungkin dana-nya berasal dari PIP/penyertaan investasi pemerintah yang asal usul dananya dari APBN.
3. Emiten yang akan melakukan buy back mungkin berpendapat lebih baik memegang cash dulu dari pada memegang saham (meskipun saham perusahaan nya sendiri), karena mata uang rupiah bisa dikatakan belum stabil, meskipun BI tidak akan membiarkan Rp nya merosot terus.
4. Investor yang tergabung di BEI Investor Club (maaf) ada kemungkinan dananya masih dalam posisi potensial loss, sehingga kalau dipaksakan cut loss akan benar-benar mengalaimi loss.
Sedangkan dana dari luar belum berani masuk karena terpengaruh dengan tidak dibukanya ambang atas auto reject. Padahal situasi dalam negeri masih disibukkan dengan penyelesaian perpu , yang seharusnya dibarengi dengan sosialisasi kepada masyarakat luas bahwa krisis saat ini berbeda dengan krisis 1998, sambil menunggu tanggal 24 Oktober (hari ini) yang menurut rencana dana resque plan AS akan dicairkan.

Menurut saya pemerintah seharusnya berani mensosialisasikan perbandingan krisis 1998 dan 2008, al :
1. Saat itu USD melejit ke > Rp 15.000 / US$ 1, sedang sekarang USD bisa dikendalikan dengan kemampuan devisa yang dimiliki BI .
2. Saat itu pertumbuhan minus hampir 15% sedang Q2-08 pertumbuhan di angka 6.4.
3. Saat itu Inflasi mencapai puluhan % sedang sekarang masih terkendali di sekitar 11% (belum tahu akhir bulan ini).
4. Saat itu Devisa rendah sekali sedang +/- 10 hari yang lalu, Gub BI menyatakan masih sekitar USD 56 M setelah dikurangi USD 1,2M untuk mengendalikan dollar.
5. Saat itu Indonesia harus dengan terpaksa menerima tawaran tawaran IMF (sbg warga negara pun kita tersinggung ketika P.Harto tandatangan dan disaksikan Camdesus dengan silang tangan, seolah kita bangsa kita seperti pengemis yang dipaksa tanda tangan oleh debt collector), Dan sekarang Pem RI sudah melunasi IMF.
6. Saat itu pembangunan infrastruktur negara kita masih tergantung pada CGI, dan 2 tahun yg lalu (kalau tidak salah) Indonesia sudah membubarkan CGI dan pembangunan infrastruktur sekarang mengandalkan APBN & APBD yang berarti sudah lebih mandiri dan tidak tergantung pada utang . (sekarang masanya membayar utang).
7. Saat itu berapa puluh Bank di Indonesia masuk BLBI , sekarang yang baru ketahuan INDOVER, dan itupun beroperasi diluar negeri (oh ya just info ada 7 bank dari Indonesia yang mempunyai rek di sana) .
8. Saat itu neraca pembayaran jadi minus (karena utang para pengusaha kalau dijumlah lebih besar dari devisa).
9. Saat itu (yang ngaku) membuat masalah dimata uang adalah 1 orang (George Soros only), dan pasar US, Eropah, sebagian besar Asia Pacific tidak kena tapi sekarang sumber masalah malah dari USA.
10. Saat itu USA tertawa melihat kita krismon, sedang sekarang dia jadi seperti anak kecil merengek USD 700M ke Congress & House of Repr, disamping harus mengeluarkan USD 125M di 9 Bank, membeli surat berharga senilai USD 600M, dan menyiapkan paket stimulus kedua senilai USD 150M. Disamping sedang mempersiapkan election yang kelihatannya secara politis akan membantu pemulihan ekonomi bila dimenangkan oleh partai Demokrat/Obama.
11. Kondisi Eropah Barat yang saat itu juga nyengir melihat Indonesia kena krisis yang sekaligus tertawa disaat p.harto jatuh , sekarang Inggris mengeluarkan USD 1.518 M untuk memberi pinjaman, menjamin dan menyuntik bbrp lembaga keuangan. Belanda, harus mengeluarkan +/- Euro 230 M untuk memberi pinjaman, menjamin dan menyuntik bbrp lembaga keuangan. German mengeluarkan paket penyelamatan Euro 500 Milliard untuk bbrp lembaga keuangan . Rusia harus mengeluarkan penyelamatan +/- USD 485M dan T Rubel . Disamping itu Australia, Korea, Cina juga mengobral resque plan .

Dengan kondisi keamanan dan politik Indonesia yang sangat stabil saat ini , harusnya momentum ini dimanfaatkan oleh BEI, agar dana tersebut juga ikut mengalir kesini meskipun "come and go" yang pasti akan memberi dampak pada KENAIKAN HARGA , sehingga bisa membantu investor retail yang sedang nyangkut. Sebagai catatan hari kamis tanggal 23 Okt transaksi > Rp 1 T, padahal beberapa bulan yang lalu rata2 Rp 4T. Berarti tidak ada yang mampu beli meskipun harga murah.